INFODANTA.Com, Kabupaten Bekasi – KH Ma’mun Nawawi adalah seorang ulama pejuang dan cendekiawan muslim asal Kampung Cibogo, Cibarusah, Kabupaten Bekasi. Beliau mempunyai peran 1besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
KH Ma’mun Nawawi atau akrab disapa Mama Cibogo lahir pada 1912 dari pasangan KH Raden Anwar dan Ny Hj Romlah. Dari nasab ayah, ia merupakan keturunan ke-24 dari Rasulullah dan ke -12 dari Sunan Gunung Djati.
Sejak kecil, ia telah digembleng ilmu-ilmu agama oleh ayahnya. KH Ma’mun juga bersekolah di Sekolah Rakyat milik pemerintah Hindia Belanda dan menjadi lulusan terbaik.
Pada usia 15 tahun, KH Ma’mun Nawawi berguru di Pesantren Plered Purwakarta pimpinan KH Tubagus Ahmad Bakri As-Sampuri atau Mama Sempur. Mama Sempur merupakan ulama berpengaruh di Banten dan Jawa Barat pada masa itu.
Mama Sempur sangat menyayangi muridnya yang unggul ini. Ia bahkan menikahkan KH Ma’mun dengan putrinya.
Lepas dari bimbingan Mama Sempur, KH Ma’mun Nawawi melanjutkan menimba ilmu ke Mekkah. Di sana, ia berguru pada banyak ulama dan mualim pengarang kitab.
Keilmuan KH Ma’mun juga diakui oleh pendiri NU KH Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekah ia pernah belajar langsung pada KH Hasyim Asyari di Pesantren Tebuireng Jombang, kemudian melanjutkan belajar di Pesantren Jampes, Lirboyo, dan Termas.
Ia juga belajar ke ulama Betawi lainnya seperti Habib Ali Kwitang dan Habib Usman.
Pada tahun 1936, KH Ma’mun Nawawi mendirikan Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat di Kampung Cibogo, Cibarusah. Banyak muridnya datang dari Jawa Barat, Banten, dan sekitarnya. Ia membuka pengajiannya untuk semua kalangan, termasuk ibu-ibu dan orang lanjut usia.
Sebanyak 63 kitab telah ditulis oleh KH Ma’mun Nawawi. Kitab-kitabnya banyak menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Arab. Di antaranya, Hikayat al-Mutaqaddimin, Kasyf al-Humum wal Ghumum, Majmu’at Da’wat, Risalah Zakat, Syair Qiyamat, dan Risalah Syurb ad-Dukhan.
Ulama Bekasi ini sangat unggul dalam bidang ilmu falak. Ia pernah berguru ilmu falak di bawah bimbingan ulama Betawi, Guru Mansur. Ketika masyarakat bingung menentukan waktu bercocok tanam, memulai puasa Ramadhan, atau lebaran, mereka akan menanyakannya pada KH Ma’mun.
KH Ma’mun Nawawi juga berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Laskar Hizbullah. Ia memberikan pelatihan semi militer kepada para santri Pesantren Albaqiyatus Sholihat yang dipimpinnya.
Para santri kemudian diterjunkan ke medan perang di bawah pimpinan KH Hasyim Asyari dan KH Noer Ali. Pesantrennya menjadi tempat latihan Laskar Hizbullah pada Februari 1945. Ia juga membangun kedekatan dengan para Jawara di Betawi.
KH Ma’mun Nawawi wafat pada usia 63 tahun, tepatnya pada 7 Februari 1975.
KH Ma’mun Nawawi sudah lama diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Pemerintah Kab Bekasi berharap KH Ma’mun Nawawi bisa menyusul KH Noer Alie yang sudah lebih dulu dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pusat.