INFODANTA.Com, Kota Bekasi – Menciptakan atlet dengan prestasi kelas dunia, bukan hanya ditentukan dari ketatnya latihan fisik, metode pelatihan yang tepat, atau bakat semata. Faktor psikologis dan kesehatan harus pula menjadi perhatian khusus, dalam melahirkan atlet penuh prestasi.
Memiliki mental juara, yang pantang mengenal kata menyerah, dan rasa optimis yang tinggi dalam upaya meraih prestasi, secara psikologis harus tertanam sejak dini di jiwa pelaku olah raga. Tidak cukup hanya itu, faktor kesehatan berupa asupan gizi yang memadai, agaknya harus pula mendapat perhatian khusus, dari pengurus di setiap cabang olah raga.
Paparan ini disampaikan, dr. Trias, Ketua Kesehatan KONI Jawa Barat, saat melakukan kunjungan ke kantor pengurus KONI Kota Bekasi, Kamis Siang, 10/07/2024. dr. Trias, menyampaikan, saat ini KONI Jawa Barat tengah intens berupaya memberi edukasi kesehatan pada pengiat seluruh cabang olah raga, yang bernaung dibawah kepengurusan KONI se Jawa Barat. Kebetulan, KONI Kota Bekasi menjadi lokasi pertama, dalam rangkaian sosialisasi tersebut.
Lebih jauh, disampaikan, banyak ditemukan prilaku tidak lazim dari para atlet, terkait pola makan yang mengabaikan komposisi gizi, serta teknis pelatihan pembentukan otot, yang berdampak pada kinerja fungsi organ jantung.
Trias, mengklaim, faktor asupan makanan bergizi buruk, menjadi penyebab kerap gagalnya atlet tanah air, dalam meraih prestasi dan bersaing dengan atlet negara lain. Biasanya, puncak prestasi atlet Indonesia hanya pada usia junior, kemudian akan meredup saat memasuki fase usia senior.
Berdasarkan asumsi tersebut, KONI Jawa Barat akan mengedukasi pengurus KONI, atlet, pelatih, serta official, agar prestasi para atlet tetap terus terjaga, hingga di level tertingginya.
Sehubungan dengan hal tersebut, tim kesehatan KONI wajib memperoleh data awal para atlet, guna memahami pemberian treatment yang tepat.
“Sehingga tidak akan ditemukan lagi pelatih yang paksa atlet, padahal sudah tak mungkin lagi berprestasi maksimal,” ketus Trias kemudian.
Selain itu, program kerja tersebut, diharapkan, akan mampu menepis pandangan miring terhadap tim kesehatan olah raga, layaknya satuan unit pemadam kebakaran, yang bertindak hanya saat ada kejadian di lapangan saja.
Kasus tewasnya salah seorang atlet bulutangkis asal Cina, Zhang Zhi Jie, ditenggarai akibat tidak dilakukannya proses awal pemeriksaan kesehatan pada diri atlet. Pelajaran lain dari kasus ini, adalah dituntutnya tindakan tepat dan akurat dari pelatih dan official, andai peristiwa serupa terjadi lagi di arena lapangan.