INFODANTA.Com, Kabupaten Bekasi – Busana Jenis Kebaya, dipandang kebanyakan orang hanya pantas digunakan, oleh orang yang tinggal di pedesaan. Tidak nyaman, untuk dikenakan sebagai pakaian sehari-hari. Bahkan, banyak yang enggan mengunakan kebaya, karena dianggap simbol busana orang zaman old.
Padahal, kebaya merupakan salah satu warisan leluhur yang harus dilestarikan dari generasi ke generasi. Namun, jika stigma itu terus beredar, tentunya eksistensi kebaya akan memudar atau bisa punah.
Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia, Rahmi Hidayati, menyoroti bahwa perempuan Indonesia, masih sangat jarang beraktifitas berbusana kebaya.
“Masih amat jarang yang mau berkebaya setiap hari, karena anggapannya kalau pakai kebaya itu mau kondangan aja, atau mau ke acara adat. Padahal gak harus begitu “. Tukas, Rahmi.
Pandangan kebaya hanya dipakai untuk ke acara adat, dan merupakan pakaian formal, masih begitu melekat di benak warga tanah air. Hal ini menjadi tantangan dari sisi psikologis, dalam upaya untuk menjaga kelestarian kebaya.
Menurut, Rahmi, saat ini sudah banyak pilihan kebaya, yang cocok dipakai untuk beraktifitas sehari-hari. Malah, sebagian penjahit mulai mendesain kebaya, yang sesuai keinginan pasar dan mode.
“Kalau tantangan pelestarian kebaya itu, lebih bersifat psikologis, karena beberapa orang masih ngerasa, kalau berkebaya itu ribet, berkebaya itu kuno”, sambungnya.
“Pemikiran seperti itu biasanya, karena mereka belum paham ngimana caranya memilih bahan kebaya, ataupun cara pakai sesuai kegiatan “, paparnya lebih jauh.
Meskipun demikian, trend di industri Fashion di tanah air terus berkembang, dan secara perlahan mengalami perubahan. Jika diamati, trend fashion seakan berulang kembali ke zaman dulu.
Begitupun dengan busana kebaya, kebaya sempat dianggap kuno, tidak modis, dan membatasi ruang gerak, kini kebaya kembali dilirik kalangan anak muda.
Munculnya pengiat kampanye untuk berkain dan berkebaya, terbungkus gaya kekinian, seakan memantik minat anak muda untuk memakainya juga. Terlebih para kawula muda kerap merasa Fear of Missing Out/ FOMO atau takut tertinggal trend.
Kondisi ini, mendorong generasi muda ingin selalu memakai item fashion yang tengah trend, salah satunya adalah kebaya. Akhirnya, menurut Rahmi, para ibu muda dan kaum remaja, makin banyak yang kebayaan saat beraktifitas.
Bahkan, banyak mahasiswi ngampus dengan outfit berkain atau berkebaya. Kondisi seperti ini, menjadi angin segar dalam upaya pelestarian kebaya. Tentunya, diharapkan bukan hanya sekedar FOMO terhadap trend. Lebih dari itu, menjadi sikap konsisten untuk tetap memakai dan melestarikannya. Membahas tentang pelestarian budaya, pastinya tidak akan tercapai tanpa kontribusi dan partisipasi nyata, dari kalangan anak muda.