INFODANTA.Com, Kabupaten Bekasi – K.H Noer Ali dikenal sebagai salah satu ulama yang memiliki gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Lahir pada 15 Juli 1914, beliau merupakan salah satu pahlawan yang berasal dari Bekasi tepatnya daerah Babelan.
Beliau juga dikenal sebagai “Singa Bekasi” atas segala jasa yang sudah ia berikan di masa kemerdekaan.
Dirinya sudah mulai mendalami ilmu agama sejak berumur 8 tahun hingga masa remaja ke beberapa guru seperti Guru Maksum di Kampung Bulak dan Guru Mughni yang ada di Ujung Malang.
Noer Ali juga sempat menimba ilmu dengan K.H Ahmad Marzuki beberapa tahun sebelum dirinya berangkat ke Makkah dan menetap di sana selama kurang lebih 6 tahun untuk kembali memperdalam ilmu agamanya.
Selama mengemban ilmu di Makkah, Noer Ali masih memonitor kondisi dan situasi yang terjadi di Indonesia lewat surat dari orang tuanya maupun koran Arab Saudi.
Kembali dari Makkah, Noer Ali mendirikan Pondok Pesantren At-Taqwa di Bekasi untuk menyebarkan ilmu yang sudah di peroleh selama mendalami ilmu agama.
Dari sinilah perjuangan dan perlawanan dari Noer Ali kepada kolonialisme mulai tumbuh.
Perjuangan ini terus dilanjutkan hingga masa pendudukan Jepang pada 1942 di mana masyarakat Indonesia saat itu direkrut ke dalam kesatuan PETA (Pembela Tanah Air).
Perekrutan ini justru dimanfaatkan oleh Noer Ali untuk memberikan pembekalan kepada para santrinya terkait ilmu militer.
Perlawanan dari Noer Ali terus berlanjut hingga Jepang pergi dan Belanda kembali datang melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Kelihaian Noer Ali bersama para serdadunya dalam menghindari kejaran dari Belanda dan menyerang pos-pos penting di sekitaran Bekasi dan Karawang membuat dirinya dijuluki “Si Belut Putih”.
Berhasil memberikan perlawanan lewat pergerakan di lapangan, Noer Ali juga sempat diminta menjadi wakil bagi Indonesia di Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949.
Setelah Indonesia resmi merdeka, Noer Ali berfokus mengembangkan pendidikan dengan membangun Sekolah Rakyat Islam (SRI) pada 1950.
Noer Ali juga kembali mendirikan Pesantren Bahagia pada 1954 yang mana santrinya kebanyakan berasal dari sekolah yang ia dirikan sebelumnya.
Karirnya dalam dunia politik juga terbilang cemerlang di mana Noer Ali pernah menjadi Ketua dari Masyumi Bekasi lalu menjadi anggota DPRD Bekasi pada 1956.
Puncaknya terjadi saat dirinya ditunjuk menjadi anggota Konstituante menggantikan Sjafruddin Prawiranegara pada 1957 hingga 1959.
Noer Ali wafat pada 29 Januari 1992 di usia 78 dan dimakamkan di kompleks pemakaman yang berada di sekitar pesantren pertamanya yaitu Ponpes At-Taqwa di daerah Babelan, Bekasi.
Dirinya mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lewat Keppres No. 085/TK/2006 pada 23 November 2006.