INFODANTA.Com, Kabupaten Bekasi – Gedung Juang Tambun merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kaupaten Bekasi. Bangunan berusia lebih dari satu abad ini menyimpan banyak cerita. Ia menjadi saksi bisu banyak peristiwa penting bagi rakyat Bekasi.
Masyarakat Tambun dulu biasa menyebut Gedung Juang dengan nama Gedung Tinggi. Karena, pada saat itu merupakan bangunan yang paling tinggi.
Mengutip data Komunitas Historia Bekasi, Gedung Juang Tambun dulunya merupakan tempat tinggal tuan tanah yang berkuasa atas lahan-lahan di Tambun dan Cikarang.
Pemiliknya dikenal dengan sebutan Khow van Tambun. Sebagai keluarga terkaya, ia mempunyai pengaruh cukup besar bagi pemerintah Belanda dan komunitas Cina di Batavia saat itu.
Pada 1869, sejumlah petani pernah melakukan pemberontakan terhadap tuan tanah Tambun. Rumah dibakar dan tuan tanah Ba Bariah tewas terbunuh.
Setelah peristiwa 1869, Kow Tjing Kie membuat bangunan yang lebih kokoh dan mudah untuk melarikan diri. Hal ini berkaitan dengan pembangunan Stasiun Tambun di belakang Gedung Tinggi pada 1890.
Lokasi stasiun baru ini menjadi sebuah pengecualian, sebab biasanya stasiun dibuat pada titik-titik pusat kegiatan masyarakat. Seperti Kranji, Bekasi, Cikarang, Lemahabang, dan Kedunggede.
Tahun 1906, bangunan yang baru sudah jadi. Bentuknya lebih megah dan kokoh seperti yang ada saat ini. Dari segi arsitektur, bangunan ini diilhami oleh arsitektur Eropa yang saat itu mulai banyak muncul di beberapa daerah jajahan Belanda.
Tahun 1942, Gedung Juang pernah menjadi markas Jepang.
Ketika Jepang datang, tentara Jepang menyuruh warga untuk melakukan penjarahan terhadap Gedung Tinggi. Para penghuninya ditahan oleh pihak Jepang. Tidak lama kemudian, Gedung Juang ditempati oleh Jepang.
Setelah Jepang kalah dari sekutu, pada 1945 para pejuang kemerdekaan menduduki Gedung Juang sebagai markas perjuangan hingga tahun 1947.