INFODANTA. Com, Kabupaten Bekasi – Bekasi ternyata banyak mengukir sejarah terutama selepas diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia.
Di antaranya sejarah perjuangan melawan penjajah yang tak kalah heroik. Perjuangan rakyat Bekasi sempat diabadikan dalam puisi terkenal karya Chairil Anwar, Karawang-Bekasi.
Yang menarik, Bekasi masih memiliki bukti sejarah berupa gedung dan tugu serta monumen yang merupakan peninggalan masa lalu dan ada juga Yang dibangun masyarakat setelah kemerdekaan.
Salah satunya adalah monumen berdiri kokoh tepat di tepi Kali Bekasi, arah timur Stasiun KA Bekasi dan bersebelahan dengan jembatan rel KA Bekasi.
“Ini merupakan pertanda kalau di tempat ini pada masa revolusi terjadi peperangan dasyat,” ujar Najamudin Muit,tokoh masyarakat yang tinggal tidak jauh dari lokasi itu.
Menurutnya, pada masa revolusi terjadi peristiwa berdarah, “Bapak saya menjadi pelaku peristiwa itu,” tutur Najamudin.
Menurut cerita orang tuanya dan sudah dibukukan, kalau pada 19 Oktober 1945 Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jatinegara, Sambas Atmadinata, menginformasikan kepada Zakaria, Komandan TKR di markas Bekasi (saat ini menjadi gedung PMI Kota Bekasi) bahwa akan ada serombongan pasukan Jepang berjumlah 90 orang melintas Bekasi mengunakan kereta api menuju Bandar Udara Kali Jati Subang.
Meski ada beberapa versi soal ini, namun Najamudin mengakui kalau peristiwa itu ada. Dia menceritakan versi pertama, kalau peristiwa itu terjadi saat akan dilakukan pertukaran tawanan perang, di tepi Kali Bekasi. Sedangkan versi lain, kalau tentara jepang akan dipulangkah melalui Bandara Kalijati, Subang, Jawa Barat, seperti cerita Najamudin.
Mendapat informasi itu , akhirnya Zakaria memerintahkan Kepala Stasiun Bekasi (tidak terlacak namanya) untuk memindahkan jalur perlintasan kereta dari jalur dua ke jalur satu yang merupakan jalur buntu. Akibatnya, kereta api yang membawa pasukan Jepang berhenti tepat di tepi Kali Bekasi.
Saat kereta di geledah di temukan banyak senjata api, para pejuang marah walaupun awak kereta menghadang dan memperlihatkan surat perintah jalan dari Menteri Subardjo dan ditandatangani Bung Karno, rakyat Bekasi tetap menggelandang tawanan ke Kali Bekasi
Tak mau ambil risiko, selepas maghrib Zakaria melepaskan tembakan ke arah komandan Jepang tersebut, disusul kemudian oleh suara-suara tembakan lain, perang pun pecah. Pasukan Jepang berhamburan keluar dari tiga gerbong terdepan mencoba mengambil senjata yang disimpan di gerbong belakang.
Posisi pasukan Jepang yang tanpa senjata membuat mereka kalang kabut, beberapa di antara mereka bahkan sempat melarikan diri ke arah Teluk Pucung. Namun, dalam sekejap 90 orang tentara Jepang berhasil ditumpas, Kali bekasi yang jernih memerah darah.
Kejadian ini, membuat pihak Jepang marah besar karena dianggap menyalahi perjanjian damai antara pihak Indonesia dan Jepang. Soekanto dan Laksaman Meida, pihak Indonesia menyampaikan permohonan maaf kepada Jepang.
Monumen Kali Bekasi ini dibangun atas kerjasama Pemerintah Jepang dan Pemda Kota Bekasi untuk mengenang para prajurit Jepang yang gugur di lintasan kereta api dekat Kali Bekasi sebagai simbol perdamaian dan cinta kasih.
Setiap tahunnya di Tugu Kali Bekasi selalu di adakan upacara tabur bunga oleh warna negara Jepang yang kini tinggal di Bekasi dan sekitarnya.