INFODANTA.Com, Kabupaten Bekasi – Bekasi menjadi garis depan perjuangan pada masa penjajahan Belanda. Pertempuran, baik besar maupun kecil, antara sekutu dan para pejuang kemerdekaan kerap terjadi. Salah satu pertempuran yang cukup fenomenal di Bekasi adalah pertempuran Rawapasung.
Pertempuran ini terjadi pada 19 Februari 1946. Peristiwa itu tercatat dalam laporan tertulis pihak Inggris, buku Moh Husein Kamaly – Sejarah Rakyat di Bekasi Berjoang, dan buku Pejuang Bekasi di Era Perang Revolusi – Endra Kusnawan.
Saat itu tentara sekutu dari arah Pulogadung beriringan menuju Bekasi dengan kendaraan lapis baja. Iring-iringan tersebut cukup besar dan berhasil menembus pertahanan di perbatasan Kali Cakung.
Para pejuang kemudian mengatur strategi untuk menahan laju pihak sekutu. Mereka memutuskan untuk melakukan penghadangan di perlintasan rel yang membelah jalan utama di Kranji. Sekarang lokasinya sebelum fly over Kranji dari arah Pulogadung.
Mereka membagi barisan menjadi beberapa formasi. Sebelah selatan hingga timur pintu kereta api dijaga oleh TKR yang dipimpin oleh Mayor Sadikin. Sebelah selatan pintu kereta atau di Kranji dijaga oleh Laskar BRRI pimpinan Husein Kamaly.
Sebelah utara pintu kereta atau di Rawapasung ditempati oleh Laskar Rakyat, sedangkan sebelah utara hingga barat dikuasai oleh Perguruan Pencak Silat asal Subang pimpinan Haji Ama Raden Uce Puradireja.
Dalam pertempuran ini, para pejuang hanya bersenjatakan beberapa pucuk senjata Carabijn, senapan mesin ringan, bambu runcing, golok, keris, tombak, panah, dan granat tangan.
Taktik dimulai dengan menutup perlintasan kereta api dengan palang pintu. Pasukan sekutu mengira ada kereta api yang akan lewat. Sementara itu, para pejuang telah memasukkan semua senjata ke dalam baju, sarung yang dililit di perut, atau disembunyikan di suatu tempat.
Mereka melakukan kamuflase sehingga pasukan sekutu mengira mereka hanyalah petani biasa yang hendak pergi ke sawah. Sebagian tampak asik nongkrong sambil merokok. Banyak juga yang bersembunyi.
Saat pihak sekutu lengah, para pejuang menyergap diiringi pekikan takbir. Mereka melompat ke panzer, tank, maupun truk. Terjadi pertempuran jarak dekat yang cukup sengit. Karena serangan yang tidak terduga, pihak sekutu tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti. Mereka memutuskan mundur.
Para pejuang berhasil merampas persenjataan dan menghancurkan sejumlah kendaraan milik sekutu dengan granat. Tidak sedikit juga tentara sekutu tewas dalam peristiwa ini. Namun, para pejuang juga harus kehilangan enam rekan mereka yang gugur.
Perang Rawapasung dan kemenangan para pejuang ini diabadikan dalam relief di monumen perjuangan di Gedung Juang Tambun dan di Taman Makam Pahlawan Bekasi, Bulakkapal.