INFODANTA.com, Kabupaten Bekasi – Tari Topeng Bekasi merupakan seni pertunjukan rakyat yang sudah berkembang di wilayah Bekasi selama hampir satu abad. Konon, asal usul kesenian ini sudah ada sejak upaya penaklukan Batavia oleh kerajaan Mataram.
Secara etnografis, Kabupaten Bekasi dihuni oleh tiga kelompok etnik yang cukup dominan yaitu etnik Sunda, etnik Betawi, dan Jawa Banten. Hal itu mempengaruhi bentuk kebudayaan yang ada di Kabupaten Bekasi.
Tari Topeng Bekasi hampir sama dengan Topeng Betawi, bedanya hanya pada bahasa pengantar saat pementasan. Topeng Bekasi memakai campuran bahasa Betawi Bekasi.
Topeng atau penutup muka yang digunakan terbuat dari kayu, yang menyerupai wajah hewan atau manusia. Masyarakat Bekasi biasanya menyebut dengan nama ‘kedok’. Dahulu masyarakat Betawi, percaya topeng memiliki kekuatan mistik tolak bala dan menghilangkan kesedihan.
Kombinasi antara seni musik, pencak silat, lawak, tarian, dan drama menjadi unsur seni topeng ini. Lawakan dibungkus oleh drama, yang muncul secara spontan di setiap babak acara pementasan.
Perlengkapan yang digunakan saat pertunjukan antara lain kendang, rebab, gong, saron, bende, salendro, dan kecrek. Sebelum pertunjukan dimulai, biasanya diadakan ritual membakar sesajen terlebih dahulu agar acara berjalan lancar.
Tabuhan gong menandai dimulainya pertunjukan. Satu per satu penari tunggal muncul. Acara puncak ditandai dengan keluarnya penari perempuan yang memakai topeng bunga berupa topi lebar sebesar tampah kecil dan dihias indah. Ia kemudian menyanyi dan menari.
Para penari perempuan mengenakan kembang topeng, toke-toke, kebaya bosrok, amprok, kain sarung, dan selendang. Sementara, penari pria menggunakan kemeja, celana panjang, dan topeng.
Pertunjukan Tari Topeng Bekasi biasa dilaksanakan pada malam hari, dengan jumlah pemain sekitar 20 orang. Kesenian ini biasanya digunakan sebagai untuk memeriahkan hajatan, khitanan, maulid nabi, atau menyambut masa panen oleh petani.