INFODANTA.Com, Kabupaten Bekasi – Setiap wilayah memiliki kisahnya sendiri, termasuk dalam penamaan tempat oleh penduduk setempat. Salah satu cerita menarik muncul dari sebuah kampung di Kelurahan Pejuang Kecamatan Medansatria Kota Bekasi, yaitu Kampung Kaliabang Gatet.
Kampung Kaliabang Gatet merupakan sebuah permukiman yang awalnya dihuni oleh suku Betawi. Menurut salah satu sesepuh di kampung tersebut, Imok, nama Gatet berasal dari pohon gatet atau biasa dikenal dengan nama gatep yang dahulunya banyak tumbuh di daerah tersebut.
Imok menjelaskan bahwa pohon ini tumbuh dengan sendirinya dan bijinya bisa tumbuh menjadi pohon baru jika jatuh ke tanah.
“Iya dulu sini kan banyak pohon gatet atau gatep yang tumbuh sendiri dan kagak ada yang nanem, terus bijinya yang jatoh bisa numbuh lagi,” ujar Imok
Namun, seiring bertambahnya penduduk dan pembangunan rumah, pohon-pohon tersebut mulai ditebangi dan jarang ditemui. Pohon gatet atau gatep diyakini memiliki sisi mistis, dengan buahnya dianggap sebagai makanan jin seperti gendoruwo.
Kepercayaan ini tumbuh kuat di kalangan warga setempat, terutama saat ada pertemuan dukun yang membuat pohon tersebut berbuah lebat secara tiba-tiba.
Namun, seiring berjalannya waktu, permukiman di Kampung Kaliabang Gatet semakin padat dan jalan-jalan menjadi sempit. Meskipun banyak yang mempercayai mitos seputar pohon gatet, ada juga yang tidak begitu yakin
Imok mengungkapkan bahwa pohon tersebut sudah tidak ada lagi. Meskipun dahulu dia suka makan buah yang gurih tersebut.
“Sekarang mah yak udah kagak ada lagi itu pohon, tapi dulu saya pas masih kecil suka makan buah itu gurih bet kaya udah dibumbuin gitu padahal buahnya itu putih yang dimakan bijinya itu,” ucap Imok.
Pada 1980-an, kampung ini masih sepi dengan jalan setapak dan banyak kebun serta semak di sekitarnya. Namun, pada 2000 penduduk dari luar mulai datang dan perumahan – perumahan baru bermunculan.
Permukiman ini mengalami transformasi dari sawah menjadi perkampungan yang padat dengan jalan-jalan beraspal serta kehadiran kendaraan bermotor.
Meskipun perkembangan tersebut terjadi, beberapa tradisi tetap dijaga oleh penduduk setempat. Menurut Imok, banyak orang masih menjalankan tradisi pernikahan dalam suku yang sama, seperti halnya suku Betawi.
Mereka menghormati tradisi leluhur dengan mengadakan upacara pernikahan yang melibatkan adat Betawi, seperti palang pintu, roti buaya, dan untaian petasan mercon.
Orang sini, kalau nikah masih satu kampung. Masih rumpun sini . Paling jauh, ya sama kampung sebelah kampung Kaliabang Ilir. Masih sekitar Kaliabang dah,” ujar Imok.
Kisah menarik tentang Kampung Kaliabang Gatet mengungkapkan bagaimana sebuah nama dapat mengandung cerita dan makna mendalam dari masa lalu.
Meskipun perubahan telah terjadi dalam bentuk perkembangan kota, penduduk Kampung Kaliabang Gatet tetap teguh dalam melestarikan nilai-nilai dan tradisi warisan leluhur.